8 Februari 2010

Sistem pendidikan konon dibangun oleh tiga aktor. Bisa saja disebut segita pendidikan. Begitu juga di tingkat sekolah dasar (SD). Tiga aktor itu adalah guru (sekolah), orang tua (keluarga), dan siswa SD itu sendiri.

Fakta menunjukkan bahwa siswa SD lebih banyak dijadikan obyek dari pada subyek dalam sistem itu. Misal saja, seorang siswa SD mendapatkan nilai 5 untuk matematika. Maka tanpa disadari, yang disalahkan dalam sistem itu adalah si siswa. Entah karena dia sulit untuk diajari, malas tidak mau belajar, bandel, tulisannya jelek, dan lain-lain kata-kata yang memojokkan si siswa itu. Kata-kata yang menunjukkan bahwa yang salah adalah si siswa itu.

Inilah kesalahan terbesar, bahwa yang disalahkan dalam sistem itu adalah si siswa. Karena yang salah adalah si siswa maka si siswa itu harus dibenarkan.
Berbagai cara dilakukan untuk upaya ini. Misalnya, menambah jam belajar untuk para siswa yang mengemuka dalam berbagai bentuk: panggil guru les privat, ikut bimbingan tes, tambahan jam pelajaran di sekolah. Cara lain adalah memperlakukan anak “lebih keras”, dalam bentuk orang tua memarahi anak, guru memarahi siswa, dsb.. Dengan kata lain : anak dihukum. Ada banyak fakta akibat negatif, bahkan akibat amat fatal, karena fokus pada kesalahan si siswa ini.

Jarang terpikirkan bahwa yang salah adalah guru atau orang tua. Apa buktinya? Jarang ada guru “dihukum”, jarang ada orang tua “dihukum”, karena nilai matematika siswa 5. Mengapa demikian? Karena siswa yang lain ada yang mendapat nilai matematika 10, atau 9 dan seterusnya. Karena siswa yang lain bisa mendapat nilai matematika lebih dari 5, dan ada satu atau lebih siswa mendapat nilai matematika 5, maka yang salah adalah si siswa. Bukankah begitu alur pikirnya?

Anak yang mendapat nilai matematika 5, jarang yang mencari akar penyebabnya.
Pencarian penyebab masalah biasanya berhenti pada “karena anak malas belajar matematika” atau “anak ini memang sulit mempelajari matematika”. Kedua sebab ini jarang yang membuktikan “apa benar karena dua sebab ini”, maka anak mendapat nilai 5?

Mari dicoba dilihat dari persepsi yang lain. Apakah tidak mungkin masalah di atas dikarenakan karena gaya belajar siswa tidak sama dengan gaya belajar guru atau orang tua.

”Gaya belajar” adalah segala sesuatu yang mempengaruhi cara kita menyerap dan memproses informasi, ditambah cara kita berpikir dan berkomunikasi.
(Bobbi DePorter & Mike Hernacki).

Siswa yang diajar dengan gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar mereka terbukti telah meningkatan dalam sikap belajar, meningkatkan toleransi terhadap gaya belajar yang berbeda, dan meningkatkan prestasi akademik.
(Rita Dunn).

Hanya 30% para siswa yang berhasil mengikuti pelajaran di kelas. Para siswa ini memiliki gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar yang sering dijalankan oleh guru didalam kelas. Sisanya atau 70% mengalami kesulitan mengikuti pelajaran di kelas. Para siswa yang kesulitan ini memiliki gaya belajar yang lain, yang tidak sesuai dengan gaya belajar yang sering diterapkan di ruang kelas. (Gordon Dryden dan Jeannet Vos)

Kami, dari “global talent” mencoba meningkatkan prestasi akademik siswa dengan sudut pandang gaya belajar itu. Jadi yang kami lakukan adalah menemukan gaya belajar siswa, lalu guru atau orang tua HARUS MENYESUAIKAN GAYA MENGAJARNYA sesuai gaya belajar anak itu. Kami menyebutnya dengan “Talent Coaching”. Para peserta adalah para orang tua siswa dan para guru.
Di sinilah akan muncul keseimbangan segitiga tadi : bahwa si siswa bukan obyek tetapi subyek. Ketiga elemen tadi akan benar-benar menjadi subyek.
Nah, karena masih SD (kelas 1 sampai kelas 6), maka kami tidak langsung berinteraksi dengan si siswa. Kalau kami langsung berinteraksi dengan si siswa itu akan menambah ruwet sistem pendidikan, karena elemennya akan bertambah satu, yakni kami (Global Talent). Kami akan berinteraksi dengan para orang tua atau para guru.

Mudah-mudahan Allah SWT memberi ampunan, rahmat, dan ridlo kepada kita semua..aaamiiin
----------
Musrofi

0 comments:

Posting Komentar

The Power Of Wanita

FBAUTOADDFRIENDS

Panduan Dropship

BloopEndorse

Categories

Diberdayakan oleh Blogger.

Bloop

Blibli.com

SB1M

Popular Posts

Mahir Wbsite