23 Januari 2010

Kekuatan Niat dan Kesempatan
Sumber http://roemahnlp.blogspot.com


Pada suatu kerajaan kecil yang makmur diadakan sebuah sayembara keberanian. Sayembara itu boleh diikuti oleh seluruh warga kerajaan dengan hak yang sama. Sebelumnya, raja belum pernah mengadakan sayembara seperti ini. Sehingga rakyat dari penjuru daerah wilayah kerajaan itu berbondong-bondong datang ingin menyaksikan jalannya sayembara. Bahkan dari kerajaan tetangga juga sebagian ikut datang.
Hadiah yang dijanjikan oleh Sang Raja juga tidak main-main. Hadiah sudah disediakan diantaranya puterinya sendiri, sehingga akan menjadi menantu dari seorang raja. Emas, perhiasan dan uang yang sangat banyak. Tanah garapan yang luas dan subur. Juga kedudukan atau jabata dalam istana. Raja hanya menyampaikan, bahwa pemenang nantinya tinggal mengajukan permintaan hadiahnya.
Sayembara tersebut hanya berenang menyeberang kolam, yang tidak begitu jauh. Namun dalam kolam tersebut sudah dipenuhi dengan buaya-buaya lapar. Jumlahnya cukup banyak dan rata-rata berukuran besar. Salah satu Nayaka Praja saat akan mengumumkan kembali hadiahnya, memperlihatkan betapa ganas buaya-buaya itu. Orang tersebut menceburkan seekor anak kambing. Kontan saja dalam hitungan detik, sudah tercabik tinggal sisa warna merah, darahbercampur air. Sedangkan kambing tersebut sudah berpindah ke perut para buaya.
Para penonton yang hadir semakin bergidik. Bahkan nyali mereka sudah pupus, setelah melihat kejadian itu. Bukan lagi berfikir hadiah yang dijanjikan raja, namun nyawa menjadi pertimbangan utama. Sampai beberapa waktu, tidak ada rakyat dari kerajaan tersebut yang mengajukan diri untuk mendaftar dan mulai menceburkan diri. Sementara para pemuda berdesakan di sekitar kolam tersebut.
Setelah tengah hari, sayembara belum juga ada peserta barang satu orangpun. Akhirnya Sang Raja bermaksud menutup sayembara tersebut dan hadiah tidak diberikan kepada siapapun. Lalu diperintahkan salah satu Nayaka Praja untuk mengumumkannya. Namun ada sesuatu yang terjadi… ya… seorang pemuda, dengan sangat cepat dan layaknya orang kesetanan, berenang menuju tepi dari tempat dia menceburkan diri.
Seluruh mata memandang dengan sangat takjub, tanpa berkedip. Mengawasi bagaimana dia akan dicabik-cabik oleh buaya itu. Bahkan banyak warga yang tidak berani menonton karena merasa ngeri. Dan belum berhenti decak kagum dari seluruh yang hadir, pemuda tersebut sudah sampai diseberang sana. Kemudian dipanggil oleh Sang Raja. Dalam beberapa saat dia tidak bisa berbicara, karena nafasnya terlihat tersengal-sengal. Seluruh warga berfikir dan membayangkan hadiah yang akan diterima oleh pemuda itu. Mereka semakin kagum dengan keberanian Sang Pemuda.
Sang Raja bertanya, “Hai Pemuda, kau sangat luar biasa dan perkasa, tidak ada satu orangpun kecuali engkau yang pemberani! Sekarang sebutkan permintaanmu dan akan aku berikan saat ini juga yang menjadi janjiku”.
Pemuda tadi menjawab, “Maaf paduka, hamba mohon maaf. Bukan lancang atas titah paduka, namun saya bukan mengharap hadiah itu.”
“Apa kurang besar hadianya?”, tanya Sang Raja.
“Bukan paduka, ampun paduka”, kata Pemuda tadi.
“Lalu apa?”, tanya Raja dengan sedikit keras.
“Maaf paduka, hamba sama sekali tidak bermaksud ikut dalam sayembara itu. Hamba sangat ketakutan, apalagi buaya itu ganas dan lapar. Saya tidak berani paduka. Saya hanya minta….eeehh.. maaf paduka”, jawab Pemuda itu terhenti sejenak.
“Apa? Jadi apa permintaanmu, hah”, Raja mulai gusar dan tidak sabar untuk mendengarnya.
“Begini paduka, saya hanya minta hadiah, agar diberitahu, siapa tadi yang mendorong saya, sehingga tercebut ke kolam buaya itu. Itu saja paduka. Sudah sangat cukup”, jawab pemuda, yang disambut dengan kekagetan seluruh orang yang ada disekitarnya.
Dari satu pandangan kita, pemuda tadi mestinya menjadi orang yang paling beruntung dalam kerajaan itu. Hadiah begitu besar dan tinggal bilang. Kalau kita, mungkin sudah menuliskan satu buku untuk daftar permintaan itu. Namun apa yang terjadi dengan pemuda tadi? Dia tidak memiliki mimpi sedikitpun untuk mendapatkan hadiah itu. Bahkan kesempatan sudah ada di depan mata, tetap saja hadiah tersebut tidak diambil. Bahkan dia meminta sesuatu yang tidak begitu berarti. Setidaknya jika dibanding dengan hadiah yang dijanjikan. Mimpi besar itu tidak tumbuh. Niat tidak ada. Sehingga dendam dan egoisme yang mendahului dibanding dengan langkah ambil kesempatan yang terbuka lebar.
Jadi berkaca, jangan-jangan kita ke Tuhan juga begitu. Ada hal besar yang dijanjikan dan tinggal ambil, kita malah mengajukan permintaan dan do’a yang sepele. Ah saya yakin tidak ada diantara kita yang begitu. Kalau ada, mulai saat ini dan seterusnya akan berubah.
Setidaknya cerita diatas, mengingatkan kita betapa niat dan kesempatan itu, bukan hal mudah didapat. Sehingga setiap hadir, kita akan sangat rugi jika kita tidak dengan bijak memanfaatkan. Semoga bisa menjadi inspirasi perenungan untuk kita, tetap ciptakan mimpi besar dan niat kuat menggunakan kesempatan untuk menggapainya.

0 comments:

Posting Komentar

The Power Of Wanita

FBAUTOADDFRIENDS

Panduan Dropship

BloopEndorse

Categories

Diberdayakan oleh Blogger.

Bloop

Blibli.com

SB1M

Popular Posts

Mahir Wbsite