4 November 2019



"Wah pantesan mobil dia gak kuat tanjakan, mobilnya doyok gitu!"

Pernah dengar kan, orang lain berkomentar tentang sebuah mobil tua yang tenaganya sudah lemah, kalau menghadapi jalan menanjak betul-betul penuh perjuangan. Kalau kata orang, disebutnya mobil doyok.

Kita tidak bahas tentang mobilnya, melainkan tentang doyoknya. Sebetulnya Doyok itu diambil dari nama tokoh dalam grup lawak Srimulat. Itu loh, temannya Kadir.

Entah bagaimana ceritanya, kata "doyok" kemudian menjadi kata serapan sehari-hari untuk menunjukkan sesuatu yang tenaganya kurang joss.

Contoh lain adalah bolot, yaitu suatu istilah untuk menunjukkan seseorang yang tiba-tiba kurang pendengaran. Padahal, aslinya Bolot itu nama tokoh dalam sinetron komedi Betawi di televisi. 

Senasib dengan doyok dan bolot, orang barat juga suka memakai kata serapan sehari-hari yang berasal dari nama tokoh, yaitu sisyphus. Untuk menunjukkan seseorang yang pekerjaannya sia-sia.

Sisyphus sendiri sebenarnya nama tokoh dalam mitos Yunani, di mana pada masa hidupnya ia mendorong batu ke atas bukit, lalu begitu hampir sampai di puncaknya batu itu menggelinding lagi ke bawah.

Kemudian Sisyphus turun ke bawah bukit, mendorong batu tersebut hingga nyaris puncaknya, tetapi menggelinding lagi. Begitu seterusnya, pekerjaan Sisyphus tak pernah menghasilkan apa-apa.

Jadi, kalau kita sedang merasa bahwa aktivitas sehari-hari tampak sia-sia tanpa hasil, jangan heran kalau pekerjaan kita nanti disebut sisyphus.

Pekerjaan sisyphus inilah yang menyebabkan seseorang merasa jenuh dengan kehidupannya. Setiap pagi ia berangkat ke kantor, menyelesaikan tugas dari atasan, kemudian malam kembali ke rumah. Begitu seterusnya setiap hari.

Atau kalau ia seorang pedagang, aktivitasnya adalah mengambil barang dari produsen, lalu menjualnya kepada konsumen sampai habis. Setelah itu ambil barang baru lagi, dan begitu seterusnya.

Rutinitas demikian membuat dirinya seperti mesin robot saja. David Graeber, seorang profesor Antropologi dari London, dalam bukunya yang berjudul On The Phenomenon Of Bullshit Jobs memperlihatkan satu dari tiga pekerja kantoran merasa melakukan pekerjaan yang sia-sia.

Apa yang menyebabkan demikian? Rupanya karena mereka tidak berhasil menemukan makna dari apa yang dikerjakannya itu. Maka wajar saja jika menganggap profesinya tidak bermakna.

Dari sekian banyak petugas cleaning service di rumah sakit, ketika ditanyakan tentang tugas mereka, sebagian menjawab membersihkan lantai, dan sebagian lagi menjawab menciptakan lingkungan nyaman dan sehat bagi pasien.

Lihatlah perbedaannya. Jawaban terakhir itu menunjukkan ia tahu bahwa aktivitasnya berguna bagi orang lain. Ia tahu bahwa tugasnya dibutuhkan lingkungannya dan memberi kontribusi bagi sesama. Ia telah menemukan makna bagi pekerjaannya!

Kembali kepada diri kita sendiri, temukanlah makna dari apa yang kita kerjakan apapun profesi itu. Karyawan, guru, pengusaha online, penulis, semua pekerjaan pasti mengandung makna. Jangan bekerja hanya sekedar bekerja saja. Karena nanti kita akan menjadi sisyphus.


“Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermakna.” 

(Hadist Riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Salam Hijrah.


0 comments:

Posting Komentar

The Power Of Wanita

FBAUTOADDFRIENDS

Panduan Dropship

BloopEndorse

Categories

Diberdayakan oleh Blogger.

Bloop

Blibli.com

SB1M

Popular Posts

Mahir Wbsite